Wednesday, March 4, 2015

Keutamaan Mencintai Ahlul Bait Rasulullah saw



Ahlul Bait Nabi Muhammad saw Memperoleh Hak Sholawat dari Umat Islam

  1. Dalam setiap sholat, pada waktu tahiyat, Nabi Muhammad saw sendiri yang telah mengajarkan agar membaca sholawat kepada Baginda juga kepada Ahlul Baitnya. “Ya Allah, limpahkanlah Sholawat untuk Sayidina Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan sholawat kepada Sayidina Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah Sayidina Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah berkati Sayidina Ibrahim dan keluarganya. Sesunggguhnya Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia.”
  2. Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nuaim al Mujmar: “ Ya Allah limpahkanlah sholawat kepada Sayidina Muhammad kepada para istri dan anak cucu keturunan beliau

Kecintaan Baginda Nabi Muhammad saw  pada ahlul Bait dan pesan Baginda agar Umat Islam mencintai mereka

Sayidina Ali menemui Rasulullah saw yang telah menghampar selimut lantas Baginda duduk di atasnya bersama Sayidina Ali, Sayidatina Fatimah, Sayidina Hasan, dan Sayidina Husein. Kemudian Baginda bersabda: “Ya Allah, redhoilah mereka sebagaimana aku redho pada mereka”.

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda: “Yang paling aku cintai diantara ahlul baitku adalah Sayidina Hasan dan Sayidina Husein” (Riwayat Tirmidzi)

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda mengenai Sayidina Hasan: “Ya Allah sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia, dan cintailah seapa yang mencintainya” (Riwayat Muslim)

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda: “Belum sempurna keimanan seorang hamba Allah sebelum kecintaannya kepadaku melebihi kecintaannya pada dirinya sendiri, sebelum kecintaannya pada keturunanku melebihi kecintaannya pada kecintaannya pada keturunannya sendiri, sebelum kecintaannya pada ahlul baitku melebihi kecintaannya pada keluarganya sendiri, dan sebelum kecintaannya pada zatku melebihi kecintaannya pada dzatnya sendiri.” (Riwayat At Tabrani)

Dari Sayidina Ali, Rasullah saw bersabda: Barangsiapa menciantai kedua orang ini, yakni Hasan dan Husein, dan ayah serta ibunya, maka ia bersamaku dalam derajatku di Hari kiamat.” (Riwayat Ahmad dan At Tirmidzi)

Dari Sayidina Ibnu abbas, Rasulullah saw bersabda: “ Cintailah Allah atas kenikmatanNya yang diberikan kepadamu sekalian dan cintailah aku dengan mencintai Allah dan cintailah Ahlul Baitku karena mencintaiku”
Dari Sayidina Ali, RAsulullah saw bersabda: “ Diantara kalian yang paling mantap berjalan di atas sirath adalah yang paling besar kecintaannya kepada Ahlul Baitku dan para Sahabatku” (Riwayat Ad dailami)

Keutamaan Ahlul Bait

Sayidina Jabir mendengar Umar bin Khattab berkata kepada khalayak ramai ketika menikahi Ummu Kalsum binti Ali bin Abi Thalib: “Tidakkah kalian mengucapkan selamat untukku? Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Semua sabab (kerabat) dan nasab (silsilah) akan terputus pada hari kiamat kelak kecuali kerabat dan nasabku’.” (Riwatay At Thabrani)

Rasulullah saw bersabda: “kutinggalkan di tengah kalian dua bekal, (yang pertama) Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya terang. Hendaklah kalian ambil dan berpegang teguh padanya….dan (kedua) Ahlul Baitku: Kalian aku ingatkan pada Allah mengenai Ahlul Baitku! Kalian aku ingatkan pada Allah mengenai Ahlul Baitku! (Riwayat Zaid bin Arqom)

Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan hadis lain: “Apabila bintang-bintang lenyap, lenyapkah penghuni langit, dan apabila ahlul baitku lenyap, lenyap pula penghuni bumi”.

Rasulullah saw bersabda: “bintang-bintang merupakan (sarana) keselamatan bagi penghuni bumi (yang sedang berlayar) dari bahaya tenggelam/karam sedangkan ahlul baitku adalah sarana keselamatan bagi umatku dari perselisihan (dalam agama). Bila ada satu kabilah arab yang membelakangi ahlul baitku, mereka akan berslisih kemudian menjadi kelompok Iblis” (riwayat Al Hakim, dishahihkan Bukhari Muslim)

Dari Abu Dzar, RAsulullah saw bersabda: “Ahlul Baitku di tengah kaian ibrat bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya ia akan selamat dan siapa yang ketinggalan ia binasa”

Abu Dzar meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah saw bersabda: “Jadikanlah ahlul baitku bagi kalian sebagai kepala bagi jasad dan sebagai dua buah mata bagi kepala”

Rasulullah saw bersabda: “Dunia tidak akan berakhir hingga bangsa Arab dipimpin seorang lelaki dari keluargaku yang namanya menyerupai namaku” (Riwayat At Tirmidzi)

Dari Tufail dari Sayidina Ali, RAsulullah saw bersabda: “Jika dunia hanya tinggal sehari saja, niscaya Allah akan membangkitkan seorang lelaki dari keluargaku yang akan memenuhi dunia dengan keadilan setelah dunia dipenuhi dengan kedzaliman”

Sayidina Husein



Sayidina Husein lahir pada tanggal 5 Syaban, tahun 4 Hijrah di Kota Madinah. Antara Sayidina Husein dan abangnya Sayidina Hasan umurnya berbeda setahun sepuluh bulan. Kelahiran Sayidina Husein menambah kegembiraan Nabi Muhammad saw. Baginda sendiri yang memberi nama “Husein” yang bermakna, “Si kecil cantik”.

Pada saat menyambut kelahiran cucu lelakinya yang kedua itu, Nabi Muhammad saw sangat ceria. Namun, ketika sedang memangku cucunya itu, tiba-tiba wajah Baginda berubah. Orang-orang yang berada di keliling baginda merasa heran mengapa wajah baginda tiba-tiba berubah sedih. Rupanya Nabi Muhammad saw sudah tahu bahwa akhir hidup Sayidina Husein amat menyedihkan di mana beliau akan dibunuh dengan kejam.

Sebagai cucu yang selalu dipanggil sebagai puteranya, Nabi Muhammad saw sangat sayang sekali dengan Sayidina Husein. Pada suatu hari, ketika masih kecil, Sayidina Husein terlihat bertengkar dengan abangnya Sayidina Hasan di hadapan Baginda dan ibu mereka, SayidatinaFatimah. Perkara seperti itu biasa berlaku di kalangan kanak-kanak. Nabi Muhammad saw segera menegur Hasan. Sayidatina Fatimah merasa kurang senang melihat sikap Nabi Muhammad saw menegur seorang saja dari kedua cucunya itu. Maka Sayidatina Fatimah berkata:

“Wahai ayah, kenapa menegur Hasan saja?”

“Karena Malaikat Jibril sudah menegur Husein,” jawab baginda.

Tatkala kecilnya Sayidina Husein selalu berada di sisi kakeknya sewaktu baginda sedang mengajar para Sahabat. Maka dia mendapat berbagai ilmu dan contoh teladan dari kakeknya secara langsung. Sebagaimana abangnya, Sayidina Husein juga seorang yang cerdik. Dia telah dapat menghafal hadis-hadis Nabi Muhammad saw sejak dari kecil.

Sayidina Husein memang ditakdirkan Allah untuk menjadi seorang yang agung di kalangan umat Islam. Sejak kecil, beliau menunjukkan contoh-contoh akhlak yang terpuji yang mewarisi sifat-sifat ayah dan kakeknya. Sejak kecil juga, beliau telah menunjukkan sifat berani sebagaimana ayahnya juga. Setelah kewafatan Nabi Muhammad saw, yakni waktu Sayidina Umar Al Khattab menjadi Khalifah, ketika beliau sedang memberi khutbah di mimbar, Sayidina Husein yang masih kanak-kanak telah berkata kepada Sayidina Umar dengan beraninya,

“Turun engkau dari mimbar ayahku (Nabi Muhammad saw) dan pergilah berkhutbah di atas mimbar ayahmu.”

Sayidina Umar yang suka merendah diri menjawab dengan lembut kepada cucu kesayangan Nabi Muhammad saw itu,

“Ayahku tidak mempunyai mimbar seperti ayahmu.”

Sayidina Umar turun dari mimbar dan mengangkat Sayidina Husein untuk duduk di sebelahnya sebelum menyambung khutbahnya. Demikian beraninya Sayidina Husein waktu kecilnya. 

Dalam hal keberanian, Sayidina Husein lebih dari Sayidina Hasan, abangnya. Demikianlah yang telah diwariskan dari Nabi Muhammad saw untuknya. Beliau banyak menyertai peperangan bersama umat Islam.

Sewaktu kewafatan Khalifah Sayidina Ali, Sayidina Hasan telah dilantik sebagai khalifah. Demi menjaga perpaduan umat Islam, akhirnya Sayidina Hasan menyerahkan jawatan itu kepada Sayidina Muawiyah. Sayidina Husein tidak bersetuju dengan tindakan abangnya itu. Namun karena menghormati abangnya, maka Sayidina Husein akur.

Sebelum Muawiyah meninggal, beliau telah berwasiat agar anaknya Yazid menggantikan tempatnya setelah dia tiada. Waktu itu Yazid memaksa semua para Sahabat membuat pengakuat taat setia kepadanya. Ketika itu Sayidina Husein telah berangkat meninggalkan Kufah, menuju ke Madinah. Sebenarnya ramai yang tidak bersetuju dengan perlantikan Yazid itu. Penyokong-penyokong Sayidina Husein mengutus surat kepadanya agar dia kembali ke Kufah untuk dilantik sebagai Khalifah. Penduduk Kufah enggan menerima Yazid sebagai khalifah.

Sebelum kembali ke Kufah, Sayidina Husein telah menghangtar utusannya untuk menyiasat apakah benar isi kandungan surat itu. Setelah ternyata ia benar maka Sayidina Husein bersiap-siap untuk membawa kaum keluarganya kembali ke Kufah. Sayidina Husein yang sangat baik, tidak sedikit pun menaruh syak wasangka bahwa suatu yang buruk akan menimpa dirinya dan ahlul bait yang lain.

Para Sahabat Nabi Muhammad saw yang masih hidup ketika itu menasihatkan Sayidina Husein agar jangan kembali ke Kufah karena keadaan ketika itu sangat bahaya. Kerabatnya yang terdekat yaitu Abdullah bin Abbas telah bersungguh-sungguh coba menghalangi Sayidina Husein namun Sayidina Husein tetap dengan pendiriannya. Kemudian Abdullah menasihatkannya pula agar jangan membawa ahli-ahli keluarga karena bimbang jika apa yang menimpa Khalifah Uthman bin Affan juga akan menimpa Sayidina Husein. Sewaktu Khalifah Uthman dibunuh oleh pemberontak, peristiwa itu disaksikan oleh ahli keluarganya sendiri. Abdullah bimbang jika keluarga dan keturunan Nabi Muhammad saw akan dibunuh kesemuanya.

Sayidina Husein tetap mahu membawa keluarganya bersama. Maka akhirnya rombongan Sayidina Husein yang terdiri dari 72 orang pun berangkat ke Kufah. Kebanyakan anggota rombongan adalah wanita dan kanak-kanak termasuk anak Sayidina Husein iaitu Ali Zainal Abidin yang sedang beranjak remaja.

Ada pihak memberitahu Yazid bahwa Sayidina Husein hendak merampas kuasa. Maka Yazid telah menghantar tenteranya untuk menghalang Sayidina Husein dari dibaiat oleh penduduk Kufah. Ada riwayat yang menyatakan bahwa Yazid cuma mengarahkan tenteranya untuk menyiasat, bukan untuk membunuh Sayidina Husein dan keluarganya. Namun, apa yang berlaku seterusnya sungguh sangat menyayat hati.

Rombongan Sayidina Husein yang seramai 72 orang itu terpaksa berdepan dengan tentera Yazid seramai 4000 orang! Terjadilah peristiwa berdarah di Karbala. Pembunuhan kejam terhadap kaum keluarga Nabi Muhammad saw di Karbala itu berlaku pada 10 Muharram tahun 61 Hijrah. Pertempuran itu telah menyebabkan hampir seluruh anggota rombongan Sayidina Husein dibunuh.

Pertempuran itu berlaku dari waktu subuh hingga ke waktu Asar. Sungguh pun rombongan Sayidina Husein kecil jumlahnya namun mereka bermati-matian mempertahankan diri. Dalam perang itu, Sayidina Husein menunjukkan keberanian luar biasa. Walaupun dalam keadaan sulit dan bahaya, beliau sempat mengerjakan solat Zuhor dan Asar.

Apabila hampir rembang, tinggal beberapa orang saja dari kalangan keluarga Sayidina Husein sedangkan pihak musuh telah kehilangan hampir 1000 orang tenteranya. Pertempuran yang berlangsung begitu lama menunjukkan betapa hebatnya Sayidina Husein dan anak-anak buahnya menentang musuh.  Akhirnya Sayidina Husein menemui ajalnya apabila sebatang anak panah tiba-tiba mengenai tubuhnya, tepat di bahagian jantungnya. Dalam keadaan berlumuran darah dan amat letih setelah sehari suntuk berperang, Sayidina Husein menghembuskan nafasnya yang terakhir di padang Karbala itu.

Kata-kata terakhir yang diucapkannya,

“Oh Tuhan, mereka telah membunuh putera Nabi Mu sedangkan di dunia ini tiada lagi putera Nabi selain aku.”

Dalam perang itu mereka yang selamat adalah wanita dan kanak-kanak termasuk adik Sayidina Husein, yaitu Zainab Al Kubra dan anak Sayidina Husein iaitu Ali Zainal Abidin.  Ali Zainal Abidin lah yang menjadi penyambung keturunan Nabi Muhammad saw. Dia juga nyaris dibunuh tetapi Tuhan mengkehendaki agar bersambungnya keturunan Nabi Muhammad saw, maka dia terselamat.

Kepala Sayidina Husein telah dipotong dan dihantar kepada Yazid.  Mengikut sejarah, Yazid menangis apabila melihat kepala cucu Nabi Muhammad saw itu. Beliau mengarahkan agar kepala itu dihantar ke Madinah berserta keluarga dan anaknya, dengan upacara kehormatan dan kemuliaan. Tubuh Husein dikuburkan di Karbala, sedangkan kepalanya ditanam di Madinah.

Demikainlah perginya cucu kesayangan Nabi Muhammad saw itu. Dia menjadi korban keganasan fitnah oleh golongan yang cinta dunia. Menurut suatu keterangan sejarah, tiada seorang pun dari mereka yang terlibat dalam pembunuhan Sayidina Husein dan ahlul bait di Karbala itu selamat.  Allah telah menyegerakan hukuman untuk mereka di dunia lagi. Ada yang mati dibunuh, ada yang jadi buta, ada yang mukanya jadi hitam dan macam-macam lagi. Bahkan ada yang kehilangan kuasanya dalam waktu yang singkat. Mereka berniat untuk membunuh keturunan Nabi Muhammad saw tetapi Allah menyelamatkan Ali Zainal Abidin, anak lelaki tunggal Sayidina Husein sebagai penyambung keturunan baginda Nabi Muhammad saw. Dari Ali Zainal Abidin, lahir banyak keturunan yang mulia dan suci ini.

Monday, March 2, 2015

Sayidina Hasan



Sayidina Hasan adalah cucu Nabi Muhammad saw dari puteri bungsu baginda yang paling disayanginya yaitu Sayidatina Fatimah Az Zahra dan menantunya Sayidina Ali, yang juga merupakan Sahabatnya yang sangat disayangi baginda.

Sayidina Hasan lahir sekitar sebulan sebelum Perang Uhud. Menurut ahli-ahli sejarah, tanggal lahirnya yang tepat adalah pada tanggal 15 Muharram. Namanya telah diberikan oleh baginda Nabi Muhammad saw sendiri. Nama ‘Hasan’ itu tidak pernah digunakan di Tanah Arab di zaman jahiliyah. Nabi Muhammad saw sangat gembira dengan kelahiran Sayidina Hasan.

Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa Sayidina Hasan adalah salah seorang penghuni Syurga dan seorang yang paling mirip wajahnya dengan baginda. Pernah baginda bersabda kepada Sayidina Hasan sendiri:

“Engkau menyerupai aku baik tentang bentuk rupamu mahupun tentang akhlak.”

Bahkan Sayidina Ali sendiri pernah berkata:

“Hasan menyerupai Nabi Muhammad saw dari dada sampai ke kepala. Tetapi Husein menyerupai Nabi Muhammad saw di bagian-bagian lainnya, dari dada sampai ke bawah.”

Pada suatu hari, Sayidina Abu Bakar yang baru keluar dari masjid nampak Sayidina Hasan yang masih kecil ketika itu. Sayidina Abu Bakar segera mengejar lalu memeluknya.

“Demi Allah, rupa engkau mirip sekali dengan Nabi Muhammad saw dan lain sekali dari ayahmu, Ali”

Mendengar kata-kata Sayidina Abu Bakar, Sayidina Hasan hanya tersenyum. Ayahnya, Sayidina Ali yang berada di samping Sayidina Abu Bakar, tertawa mendengar kata-katanya.

Nabi Muhammad saw sangat sayang terhadap cucunya ini. Baginda senantiasa ingin bersama cucunya sekali pun ketika hendak solat. Bahkan kadang-kadang juga ketika menerima wahyu dari malaikat Malaikat Jibril as.

Di masa anak-anaknya. Nabi Muhammad saw sendiri yang mendidik Sayidina Hasan dan adiknya Sayidina Husein dengan budi pekerti yang mulia. Sayidina Hasan memang terkenal sebagai seorang kanak-kanak yang cerdik. Tatkala umurnya 4 tahun, beliau sudah dapat menghafal kalimat-kalimat suci yang didengar dari kakeknya yang mulia. Ketika berumur 8 tahun, dia sudah menghafal hadith-hadith Nabi Muhammad saw. 

Ketika dewasa, Sayidina Hasan menjadi seorang yang sangat dikenal dan dicintai oleh seluruh umat Islam ketika itu. Beliau seorang yang bagus serta elok rupanya ditambah dengan pribadinya yang mulia. Sayidina Hasan adalah seorang yang berkulit putih kemerah-merahan. Biji matanya hitam dan besar. Mukanya berjambang, bertulang besar, pipinya halus, raut mukanya lembut serta berjangut. Keadaan tubuhnya sedang dan bagus. Tidak tinggi dan tidak rendah. Sungguh Sayidina Hasan adalah seorang yang bagus dan tampan. Siapa yang memandangnya akan tertarik padanya.

Sayidina Hasan adalah seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah dan paling baik akhlaknya. Beliau seorang yang tenang, halus budi bahasa serta pandai bergaul dengan orang lain. Kebanyakan kaum Muslimin yang hidup di zamannya sangat sayang kepadanya. Beliau sangat merendah diri dan suka bergaul dengan orang-orang miskin.

Kerapkali apabila melihat sekumpulan orang Islam sedang makan-makan, Sayidina Hasan akan turun dari untanya untuk makan bersama mereka. Ada kalanya beliau mengundang orang-orang yang susah untuk datang ke rumahnya. Apabila mereka datang beramai-ramai, beliau akan menjamu mereka.

Sayidina Hasan suka mendapatkan ilmu-ilmu dari para Sahabat Nabi Muhammad saw yang ketika itu sudah lanjut umurnya. Beliau juga suka mengajar siapa saja yang suka mendengar ajaran-ajarannya.

Karena taqwanya, menurut satu riwayat, ketika sedang mengambil wudhuk, mukanya tiba-tiba menjadi sangat pucat karena takutkan Allah. Demikian juga ketika beliau teringat soal mati. Ketika menceritakan tentang hari kebangkitan, beliau sering menangis terisak-isak.

Sayidina Hasan terkenal sebagai seorang dermawan. Waktu hidupnya, beliau digelar, “Karimu ahlil bait” yang artinya keluarga Nabi Muhammad saw yang paling dermawan. Beliau tidak pernah menghampakan harapan orang lain.

Sebagai seorang cucu baginda SAW, beliau adalah ibarat permata di zaman hidupnya karena memiliki budi pekerti yang mulia lagi terpuji. Sikapnya ramah, penyantun, rendah hati dan dermawan pula.

Pada suatu hari sedang Sayidina Hasan r.a duduk di muka pintu rumahnya, tiba-tiba datang seorang Arab Badui lalu mencacinya. Dia turut mencaci ayah serta ibu Sayidina Hasan r.a. Anehnya Sayidina Hasan r.a hanya mendengar saja akan segala caci maki orang itu tanpa sedikit pun berubah air mukanya, atau membuat balasan terhadap orang yang biadab itu.

Kemudian ia berkata kepada Badui itu:

“Wahai Badui, adakah engkau lapar dan dahaga? Atau adakah sesuatu yang membuat hati engkau gelisah?”

Tanpa mempedulikan kata-kata Sayidina Hasan r.a, Badui itu terus mencaci maki. Oleh itu Sayidina Hasan r.a pun menyuruh pelayan rumahnya supaya membawa kantung yang berisi uang perak lantas diberikannya kepada Badui itu sambil berkata:

“Wahai Badui, maafkanlah saya karena inilah saja yang saya miliki. Jika ada yang lebih tidak akan saya sembunyikan darimu.”

Sikap dan layanan Sayidina Hasan r.a yang memeranjatkan itu akhirnya berjaya melembutkan hati Badui tersebut. Tiba-tiba Badui itu menangis teresak-esak lantas sujud di kaki Sayidina Hasan bin Ali r.a sambil berkata:

“Wahai cucu baginda Rasul. Maafkanlah aku karena berlaku kasar terhadapmu. Sebenarnya aku sengaja berbuat begini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu Nabi Muhammad saw yang sangat aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau hai cucu Rasul, sesungguhnya mempunyai pekerti yang mulia sekali.”

Demikianlah satu contoh keindahan budi yang tiada taranya. Sayidina Hasan r.a yang dicaci maki itu bukan saja dapat bersabar terhadap segala cobaan itu bahkan membalasnya dengan sikapnya yang lembut serta pemurah.

Semasa pemerintahan Khalifah Uthman ibnu Affan, Sayidina Hasan telah sempurna menjadi seorang yang dewasa. Ketika itu beliau termasuk dalam golongan ulama yang terkemuka. Ketika timbul kekacauan semasa pemerintahan Khalifah Uthman, Sayidina Ali menyuruh kedua puteranya supaya menjaga keselamatan Sayidina Uthman di rumahnya. Ketika itu rumahnya sedang dikepung oleh pemberontak. Maka Sayidina Hasan dan Husein segera melaksanakan kehendak ayah mereka tetapi Khalifah Uthman meminta mereka pulang. Apabila Khalifah Uthman dibunuh, Sayidina Ali sangat marah terhadap kedua puteranya karena tidak melindungi Khalifah Uthman padahal Khalifah sendiri menolak pertolongan mereka.

Ketika Sayidina Ali naik menjadi Khalifah maka kedua puteranya berazam untuk membela serta melindungi ayah mereka tercinta. Apabila ayah mereka syahid dibunuh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijrah maka Sayidina Hasan dan Husein telah menuntut dan berhasil membunuh orang yang membunuh ayah mereka. Tidak lama kemudian, Sayidina Hasan dilantik oleh kaum Muslimin menjadi Khalifah menggantikan ayahnya.

Sebenarnya Sayidina Hasan sendiri tidak suka menjadi khalifah. Ketika itu, ada di kalangan muslimin yang menginginkan Sayidina Muawiyah bin Abu Sufyan untuk naik sebagai khalifah. Maka timbullah perselisihan antara penyokong Sayidina Hasan dan penyokong Sayidina Muawiyah. Sayidina Hasan lebih menyukai perdamaian. Keadaan yang berpecah belah itu sangat tidak disukai olehnya. Khalifah Hasan sempat memerintah wilayah Iraq serta wilayah-wilayah di sekelilingnya seperti Khurasan, Hujaz dan Yaman selama 7 bulan. Tetapi semasa pemerintahannya, dunia Islam telah penuh kekacauan. Demi menyatukan umat Islam, maka Sayidina Hasan sanggup menyerahkan jabatan khalifah kepada Sayidina Muawiyah.

“Aku sama sekali tidak ingin memerintah umat Muhammad jika dengan itu aku harus menumpahkan darah walau hanya secangkir.”

Demikianlah kata-kata Sayidina Hasan. Nabi Muhammad saw sendiri, sewaktu hidupnya telah mengetahui bahwa cucunya itu mempunyai akhlak yang terpuji, lemah-lembut dan memiliki hati yang halus.

Sabda baginda:

“Anakku ini adalah penghulu. Mudah-mudahan Allah akan mendamaikan dengan sebab Hasan, dua golongan kaum Muslimin yang sedang bermusuh-musuhan.”

Sayidina Hasan meninggal dunia setelah diracun. Kematiannya disaksikan dengan perasaan sedih oleh adiknya, Sayidina Husein yang sangat mengasihinya.