Sayidina Hasan
adalah cucu Nabi Muhammad saw dari puteri bungsu baginda yang paling disayanginya
yaitu Sayidatina Fatimah Az Zahra dan menantunya Sayidina Ali, yang juga
merupakan Sahabatnya yang sangat disayangi baginda.
Sayidina Hasan
lahir sekitar sebulan sebelum Perang Uhud. Menurut ahli-ahli sejarah, tanggal lahirnya
yang tepat adalah pada tanggal 15 Muharram. Namanya telah diberikan oleh
baginda Nabi Muhammad saw sendiri. Nama ‘Hasan’ itu tidak pernah digunakan di
Tanah Arab di zaman jahiliyah. Nabi Muhammad saw sangat gembira dengan
kelahiran Sayidina Hasan.
Nabi Muhammad
saw pernah bersabda bahwa Sayidina Hasan adalah salah seorang penghuni Syurga
dan seorang yang paling mirip wajahnya dengan baginda. Pernah baginda bersabda
kepada Sayidina Hasan sendiri:
“Engkau
menyerupai aku baik tentang bentuk rupamu mahupun tentang akhlak.”
Bahkan Sayidina
Ali sendiri pernah berkata:
“Hasan
menyerupai Nabi Muhammad saw dari dada sampai ke kepala. Tetapi Husein
menyerupai Nabi Muhammad saw di bagian-bagian lainnya, dari dada sampai ke
bawah.”
Pada suatu hari,
Sayidina Abu Bakar yang baru keluar dari masjid nampak Sayidina Hasan yang
masih kecil ketika itu. Sayidina Abu Bakar segera mengejar lalu memeluknya.
“Demi Allah,
rupa engkau mirip sekali dengan Nabi Muhammad saw dan lain sekali dari ayahmu,
Ali”
Mendengar kata-kata
Sayidina Abu Bakar, Sayidina Hasan hanya tersenyum. Ayahnya, Sayidina Ali yang
berada di samping Sayidina Abu Bakar, tertawa mendengar kata-katanya.
Nabi Muhammad
saw sangat sayang terhadap cucunya ini. Baginda senantiasa ingin bersama cucunya
sekali pun ketika hendak solat. Bahkan kadang-kadang juga ketika menerima wahyu
dari malaikat Malaikat Jibril as.
Di masa anak-anaknya.
Nabi Muhammad saw sendiri yang mendidik Sayidina Hasan dan adiknya Sayidina Husein
dengan budi pekerti yang mulia. Sayidina Hasan memang terkenal sebagai seorang
kanak-kanak yang cerdik. Tatkala umurnya 4 tahun, beliau sudah dapat menghafal
kalimat-kalimat suci yang didengar dari kakeknya yang mulia. Ketika berumur 8
tahun, dia sudah menghafal hadith-hadith Nabi Muhammad saw.
Ketika dewasa, Sayidina
Hasan menjadi seorang yang sangat dikenal dan dicintai oleh seluruh umat Islam
ketika itu. Beliau seorang yang bagus serta elok rupanya ditambah dengan pribadinya
yang mulia. Sayidina Hasan adalah seorang yang berkulit putih kemerah-merahan.
Biji matanya hitam dan besar. Mukanya berjambang, bertulang besar, pipinya
halus, raut mukanya lembut serta berjangut. Keadaan tubuhnya sedang dan bagus.
Tidak tinggi dan tidak rendah. Sungguh Sayidina Hasan adalah seorang yang bagus
dan tampan. Siapa yang memandangnya akan tertarik padanya.
Sayidina Hasan
adalah seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah dan paling baik akhlaknya.
Beliau seorang yang tenang, halus budi bahasa serta pandai bergaul dengan orang
lain. Kebanyakan kaum Muslimin yang hidup di zamannya sangat sayang kepadanya.
Beliau sangat merendah diri dan suka bergaul dengan orang-orang miskin.
Kerapkali
apabila melihat sekumpulan orang Islam sedang makan-makan, Sayidina Hasan akan
turun dari untanya untuk makan bersama mereka. Ada kalanya beliau mengundang orang-orang
yang susah untuk datang ke rumahnya. Apabila mereka datang beramai-ramai,
beliau akan menjamu mereka.
Sayidina Hasan
suka mendapatkan ilmu-ilmu dari para Sahabat Nabi Muhammad saw yang ketika itu
sudah lanjut umurnya. Beliau juga suka mengajar siapa saja yang suka mendengar
ajaran-ajarannya.
Karena taqwanya,
menurut satu riwayat, ketika sedang mengambil wudhuk, mukanya tiba-tiba menjadi
sangat pucat karena takutkan Allah. Demikian juga ketika beliau teringat soal
mati. Ketika menceritakan tentang hari kebangkitan, beliau sering menangis
terisak-isak.
Sayidina Hasan
terkenal sebagai seorang dermawan. Waktu hidupnya, beliau digelar, “Karimu
ahlil bait” yang artinya keluarga Nabi Muhammad saw yang paling dermawan.
Beliau tidak pernah menghampakan harapan orang lain.
Sebagai seorang
cucu baginda SAW, beliau adalah ibarat permata di zaman hidupnya karena
memiliki budi pekerti yang mulia lagi terpuji. Sikapnya ramah, penyantun,
rendah hati dan dermawan pula.
Pada suatu hari
sedang Sayidina Hasan r.a duduk di muka pintu rumahnya, tiba-tiba datang
seorang Arab Badui lalu mencacinya. Dia turut mencaci ayah serta ibu Sayidina
Hasan r.a. Anehnya Sayidina Hasan r.a hanya mendengar saja akan segala caci maki
orang itu tanpa sedikit pun berubah air mukanya, atau membuat balasan terhadap
orang yang biadab itu.
Kemudian ia
berkata kepada Badui itu:
“Wahai Badui,
adakah engkau lapar dan dahaga? Atau adakah sesuatu yang membuat hati engkau
gelisah?”
Tanpa
mempedulikan kata-kata Sayidina Hasan r.a, Badui itu terus mencaci maki. Oleh
itu Sayidina Hasan r.a pun menyuruh pelayan rumahnya supaya membawa kantung
yang berisi uang perak lantas diberikannya kepada Badui itu sambil berkata:
“Wahai Badui,
maafkanlah saya karena inilah saja yang saya miliki. Jika ada yang lebih tidak
akan saya sembunyikan darimu.”
Sikap dan
layanan Sayidina Hasan r.a yang memeranjatkan itu akhirnya berjaya melembutkan
hati Badui tersebut. Tiba-tiba Badui itu menangis teresak-esak lantas sujud di
kaki Sayidina Hasan bin Ali r.a sambil berkata:
“Wahai cucu
baginda Rasul. Maafkanlah aku karena berlaku kasar terhadapmu. Sebenarnya aku
sengaja berbuat begini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu Nabi
Muhammad saw yang sangat aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau hai
cucu Rasul, sesungguhnya mempunyai pekerti yang mulia sekali.”
Demikianlah satu
contoh keindahan budi yang tiada taranya. Sayidina Hasan r.a yang dicaci maki itu
bukan saja dapat bersabar terhadap segala cobaan itu bahkan membalasnya dengan
sikapnya yang lembut serta pemurah.
Semasa
pemerintahan Khalifah Uthman ibnu Affan, Sayidina Hasan telah sempurna menjadi
seorang yang dewasa. Ketika itu beliau termasuk dalam golongan ulama yang
terkemuka. Ketika timbul kekacauan semasa pemerintahan Khalifah Uthman, Sayidina
Ali menyuruh kedua puteranya supaya menjaga keselamatan Sayidina Uthman di
rumahnya. Ketika itu rumahnya sedang dikepung oleh pemberontak. Maka Sayidina Hasan
dan Husein segera melaksanakan kehendak ayah mereka tetapi Khalifah Uthman
meminta mereka pulang. Apabila Khalifah Uthman dibunuh, Sayidina Ali sangat
marah terhadap kedua puteranya karena tidak melindungi Khalifah Uthman padahal Khalifah
sendiri menolak pertolongan mereka.
Ketika Sayidina
Ali naik menjadi Khalifah maka kedua puteranya berazam untuk membela serta
melindungi ayah mereka tercinta. Apabila ayah mereka syahid dibunuh pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijrah maka Sayidina Hasan dan Husein telah menuntut
dan berhasil membunuh orang yang membunuh ayah mereka. Tidak lama kemudian, Sayidina
Hasan dilantik oleh kaum Muslimin menjadi Khalifah menggantikan ayahnya.
Sebenarnya Sayidina
Hasan sendiri tidak suka menjadi khalifah. Ketika itu, ada di kalangan muslimin
yang menginginkan Sayidina Muawiyah bin Abu Sufyan untuk naik sebagai khalifah.
Maka timbullah perselisihan antara penyokong Sayidina Hasan dan penyokong Sayidina
Muawiyah. Sayidina Hasan lebih menyukai perdamaian. Keadaan yang berpecah belah
itu sangat tidak disukai olehnya. Khalifah Hasan sempat memerintah wilayah Iraq serta
wilayah-wilayah di sekelilingnya seperti Khurasan, Hujaz dan Yaman selama 7
bulan. Tetapi semasa pemerintahannya, dunia Islam telah penuh kekacauan. Demi
menyatukan umat Islam, maka Sayidina Hasan sanggup menyerahkan jabatan khalifah
kepada Sayidina Muawiyah.
“Aku sama sekali
tidak ingin memerintah umat Muhammad jika dengan itu aku harus menumpahkan
darah walau hanya secangkir.”
Demikianlah
kata-kata Sayidina Hasan. Nabi Muhammad saw sendiri, sewaktu hidupnya telah
mengetahui bahwa cucunya itu mempunyai akhlak yang terpuji, lemah-lembut dan
memiliki hati yang halus.
Sabda baginda:
“Anakku ini
adalah penghulu. Mudah-mudahan Allah akan mendamaikan dengan sebab Hasan, dua golongan
kaum Muslimin yang sedang bermusuh-musuhan.”
Sayidina Hasan
meninggal dunia setelah diracun. Kematiannya disaksikan dengan perasaan sedih
oleh adiknya, Sayidina Husein yang sangat mengasihinya.
No comments:
Post a Comment