Monday, March 2, 2015

Sayidina Hasan



Sayidina Hasan adalah cucu Nabi Muhammad saw dari puteri bungsu baginda yang paling disayanginya yaitu Sayidatina Fatimah Az Zahra dan menantunya Sayidina Ali, yang juga merupakan Sahabatnya yang sangat disayangi baginda.

Sayidina Hasan lahir sekitar sebulan sebelum Perang Uhud. Menurut ahli-ahli sejarah, tanggal lahirnya yang tepat adalah pada tanggal 15 Muharram. Namanya telah diberikan oleh baginda Nabi Muhammad saw sendiri. Nama ‘Hasan’ itu tidak pernah digunakan di Tanah Arab di zaman jahiliyah. Nabi Muhammad saw sangat gembira dengan kelahiran Sayidina Hasan.

Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa Sayidina Hasan adalah salah seorang penghuni Syurga dan seorang yang paling mirip wajahnya dengan baginda. Pernah baginda bersabda kepada Sayidina Hasan sendiri:

“Engkau menyerupai aku baik tentang bentuk rupamu mahupun tentang akhlak.”

Bahkan Sayidina Ali sendiri pernah berkata:

“Hasan menyerupai Nabi Muhammad saw dari dada sampai ke kepala. Tetapi Husein menyerupai Nabi Muhammad saw di bagian-bagian lainnya, dari dada sampai ke bawah.”

Pada suatu hari, Sayidina Abu Bakar yang baru keluar dari masjid nampak Sayidina Hasan yang masih kecil ketika itu. Sayidina Abu Bakar segera mengejar lalu memeluknya.

“Demi Allah, rupa engkau mirip sekali dengan Nabi Muhammad saw dan lain sekali dari ayahmu, Ali”

Mendengar kata-kata Sayidina Abu Bakar, Sayidina Hasan hanya tersenyum. Ayahnya, Sayidina Ali yang berada di samping Sayidina Abu Bakar, tertawa mendengar kata-katanya.

Nabi Muhammad saw sangat sayang terhadap cucunya ini. Baginda senantiasa ingin bersama cucunya sekali pun ketika hendak solat. Bahkan kadang-kadang juga ketika menerima wahyu dari malaikat Malaikat Jibril as.

Di masa anak-anaknya. Nabi Muhammad saw sendiri yang mendidik Sayidina Hasan dan adiknya Sayidina Husein dengan budi pekerti yang mulia. Sayidina Hasan memang terkenal sebagai seorang kanak-kanak yang cerdik. Tatkala umurnya 4 tahun, beliau sudah dapat menghafal kalimat-kalimat suci yang didengar dari kakeknya yang mulia. Ketika berumur 8 tahun, dia sudah menghafal hadith-hadith Nabi Muhammad saw. 

Ketika dewasa, Sayidina Hasan menjadi seorang yang sangat dikenal dan dicintai oleh seluruh umat Islam ketika itu. Beliau seorang yang bagus serta elok rupanya ditambah dengan pribadinya yang mulia. Sayidina Hasan adalah seorang yang berkulit putih kemerah-merahan. Biji matanya hitam dan besar. Mukanya berjambang, bertulang besar, pipinya halus, raut mukanya lembut serta berjangut. Keadaan tubuhnya sedang dan bagus. Tidak tinggi dan tidak rendah. Sungguh Sayidina Hasan adalah seorang yang bagus dan tampan. Siapa yang memandangnya akan tertarik padanya.

Sayidina Hasan adalah seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah dan paling baik akhlaknya. Beliau seorang yang tenang, halus budi bahasa serta pandai bergaul dengan orang lain. Kebanyakan kaum Muslimin yang hidup di zamannya sangat sayang kepadanya. Beliau sangat merendah diri dan suka bergaul dengan orang-orang miskin.

Kerapkali apabila melihat sekumpulan orang Islam sedang makan-makan, Sayidina Hasan akan turun dari untanya untuk makan bersama mereka. Ada kalanya beliau mengundang orang-orang yang susah untuk datang ke rumahnya. Apabila mereka datang beramai-ramai, beliau akan menjamu mereka.

Sayidina Hasan suka mendapatkan ilmu-ilmu dari para Sahabat Nabi Muhammad saw yang ketika itu sudah lanjut umurnya. Beliau juga suka mengajar siapa saja yang suka mendengar ajaran-ajarannya.

Karena taqwanya, menurut satu riwayat, ketika sedang mengambil wudhuk, mukanya tiba-tiba menjadi sangat pucat karena takutkan Allah. Demikian juga ketika beliau teringat soal mati. Ketika menceritakan tentang hari kebangkitan, beliau sering menangis terisak-isak.

Sayidina Hasan terkenal sebagai seorang dermawan. Waktu hidupnya, beliau digelar, “Karimu ahlil bait” yang artinya keluarga Nabi Muhammad saw yang paling dermawan. Beliau tidak pernah menghampakan harapan orang lain.

Sebagai seorang cucu baginda SAW, beliau adalah ibarat permata di zaman hidupnya karena memiliki budi pekerti yang mulia lagi terpuji. Sikapnya ramah, penyantun, rendah hati dan dermawan pula.

Pada suatu hari sedang Sayidina Hasan r.a duduk di muka pintu rumahnya, tiba-tiba datang seorang Arab Badui lalu mencacinya. Dia turut mencaci ayah serta ibu Sayidina Hasan r.a. Anehnya Sayidina Hasan r.a hanya mendengar saja akan segala caci maki orang itu tanpa sedikit pun berubah air mukanya, atau membuat balasan terhadap orang yang biadab itu.

Kemudian ia berkata kepada Badui itu:

“Wahai Badui, adakah engkau lapar dan dahaga? Atau adakah sesuatu yang membuat hati engkau gelisah?”

Tanpa mempedulikan kata-kata Sayidina Hasan r.a, Badui itu terus mencaci maki. Oleh itu Sayidina Hasan r.a pun menyuruh pelayan rumahnya supaya membawa kantung yang berisi uang perak lantas diberikannya kepada Badui itu sambil berkata:

“Wahai Badui, maafkanlah saya karena inilah saja yang saya miliki. Jika ada yang lebih tidak akan saya sembunyikan darimu.”

Sikap dan layanan Sayidina Hasan r.a yang memeranjatkan itu akhirnya berjaya melembutkan hati Badui tersebut. Tiba-tiba Badui itu menangis teresak-esak lantas sujud di kaki Sayidina Hasan bin Ali r.a sambil berkata:

“Wahai cucu baginda Rasul. Maafkanlah aku karena berlaku kasar terhadapmu. Sebenarnya aku sengaja berbuat begini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu Nabi Muhammad saw yang sangat aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau hai cucu Rasul, sesungguhnya mempunyai pekerti yang mulia sekali.”

Demikianlah satu contoh keindahan budi yang tiada taranya. Sayidina Hasan r.a yang dicaci maki itu bukan saja dapat bersabar terhadap segala cobaan itu bahkan membalasnya dengan sikapnya yang lembut serta pemurah.

Semasa pemerintahan Khalifah Uthman ibnu Affan, Sayidina Hasan telah sempurna menjadi seorang yang dewasa. Ketika itu beliau termasuk dalam golongan ulama yang terkemuka. Ketika timbul kekacauan semasa pemerintahan Khalifah Uthman, Sayidina Ali menyuruh kedua puteranya supaya menjaga keselamatan Sayidina Uthman di rumahnya. Ketika itu rumahnya sedang dikepung oleh pemberontak. Maka Sayidina Hasan dan Husein segera melaksanakan kehendak ayah mereka tetapi Khalifah Uthman meminta mereka pulang. Apabila Khalifah Uthman dibunuh, Sayidina Ali sangat marah terhadap kedua puteranya karena tidak melindungi Khalifah Uthman padahal Khalifah sendiri menolak pertolongan mereka.

Ketika Sayidina Ali naik menjadi Khalifah maka kedua puteranya berazam untuk membela serta melindungi ayah mereka tercinta. Apabila ayah mereka syahid dibunuh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijrah maka Sayidina Hasan dan Husein telah menuntut dan berhasil membunuh orang yang membunuh ayah mereka. Tidak lama kemudian, Sayidina Hasan dilantik oleh kaum Muslimin menjadi Khalifah menggantikan ayahnya.

Sebenarnya Sayidina Hasan sendiri tidak suka menjadi khalifah. Ketika itu, ada di kalangan muslimin yang menginginkan Sayidina Muawiyah bin Abu Sufyan untuk naik sebagai khalifah. Maka timbullah perselisihan antara penyokong Sayidina Hasan dan penyokong Sayidina Muawiyah. Sayidina Hasan lebih menyukai perdamaian. Keadaan yang berpecah belah itu sangat tidak disukai olehnya. Khalifah Hasan sempat memerintah wilayah Iraq serta wilayah-wilayah di sekelilingnya seperti Khurasan, Hujaz dan Yaman selama 7 bulan. Tetapi semasa pemerintahannya, dunia Islam telah penuh kekacauan. Demi menyatukan umat Islam, maka Sayidina Hasan sanggup menyerahkan jabatan khalifah kepada Sayidina Muawiyah.

“Aku sama sekali tidak ingin memerintah umat Muhammad jika dengan itu aku harus menumpahkan darah walau hanya secangkir.”

Demikianlah kata-kata Sayidina Hasan. Nabi Muhammad saw sendiri, sewaktu hidupnya telah mengetahui bahwa cucunya itu mempunyai akhlak yang terpuji, lemah-lembut dan memiliki hati yang halus.

Sabda baginda:

“Anakku ini adalah penghulu. Mudah-mudahan Allah akan mendamaikan dengan sebab Hasan, dua golongan kaum Muslimin yang sedang bermusuh-musuhan.”

Sayidina Hasan meninggal dunia setelah diracun. Kematiannya disaksikan dengan perasaan sedih oleh adiknya, Sayidina Husein yang sangat mengasihinya.

No comments:

Post a Comment